Kamis, 26 Maret 2015
A. PENGERTIAN MINYAK ATSIRI
Minyak Atsiri, atau dikenal juga sebagai Minyak Eteris (Aetheric
Oil), Minyak
Esensial, Minyak
Terbang, serta Minyak
Aromatik, adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap
sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak Atsiri merupakan bahan dasar dari
wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, sulingan Minyak
Atsiri dikenal sebagai bibit
minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap, Minyak Atsiri merupakan metabolit sekunder yang
biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan(hama) ataupun
sebagai agen untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam
mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik),
zat-zat itu tidak digolongkan sebagai Minyak Atsiri.
Proses produksi minyak atsiri dapat ditempuh melalui 3 cara,
yaitu: (1) pengempaan (pressing), (2)
ekstraksi menggunakan pelarut (solvent
extraction), dan (3) penyulingan (distillation).
Penyulingan merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk mendapatkan
minyak atsiri. Penyulingan dilakukan dengan mendidihkan bahan baku di dalam
ketel suling sehingga terdapat uap yang diperlukan untuk memisahkan minyak
atsiri dengan cara mengalirkan uap jenuh dari ketel pendidih air (boiler) ke dalam ketel penyulingan.
B. CIRI-CIRI
Minyak Atsiri bersifat mudah
menguap karena
titik uapnya rendah. Selain itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama dihidung)
sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu (baunya kuat). Setiap
senyawa penyusun memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang
berbeda.
C. JENIS
MINYAK ATSIRI
Minyak Atsiri biasanya dinamakan menurut sumber utamanya.
· Minyak kulit manis
· Minyak kulit jeruk purut
· Minyak jahe
D. PROSES PENYULINGAN MINYAK ATSIRI
Metode
destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain
:
1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water
Distillation)
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam
Distillation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam
Distillation)
Penerapan penggunaan
metode tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti jenis bahan baku
tanaman, karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan air panas,
dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi produksi dan alasan nilai
ekonomis serta efektifitas produksi. Berikut masing-masing metode penyulingan
diatas :
1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water
Distillation)
Cara penyulingan dengan
sistem ini adalah dengan memasukkan bahan baku, baik yang sudah dilayukan,
kering ataupun bahan basah ke dalam ketel penyuling yang telah berisi air
kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan dengan pipa yang
dihubungkan dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran uap air dan minyak
akan terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah. Selanjutnya cairan
minyak dan air tersebut dipisahkan dengan separator pemisah minyak untuk
diambil minyaknya saja. Cara ini biasa digunakan untuk menyuling minyak
aromaterapi seperti mawar dan melati. Meskipun demikian bunga mawar, melati dan
sejenisnya akan lebih cocok dengan sistem enfleurasi, bukan destilasi. Yang
perlu diperhatikan adalah ketel terbuat dari bahan anti karat seperti stainless
steel, tembaga atau besi berlapis aluminium.
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam
Distillation)
Penyulingan dengan air
dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan
system rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak bersinggungan langsung karena
dibatasi dengan saringan diatas air.
Cara ini adalah yang
paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit
air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini biasa
dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk
kembali secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air.
Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan dalam aspek komersial. Disisi
lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan oleh karena terbebas dari
proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak
dengan air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik
dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam Distillation).
Metode penyulingan
dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil oleh
karena tekanan uap yang konstan.
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Pada sistem ini bahan
baku tidak kontak langsung dengan air maupun api namun hanya uap bertekanan
tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak. Prinsip kerja metode ini adalah
membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian uap tersebut dialirkan
melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan baku. Uap yang keluar dari ketel
dihubungkan dengan kondensor. Cairan kondensat yang berisi campuran minyak dan
air dipisahkan dengan separator yang sesuai berat jenis minyak. Penyulingan
dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan baku yang membutuhkan tekanan
tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman, misalnya gaharu,
cendana, dll.
PEMBAHASAN
A. TANAMAN SEREH WANGI
Tanaman sereh termasuk
golongan rumput-rumputan yang disebut Andropogon nardus atauCymbogob
nardus. Genus Cympogon meliputi hamper 80 species, tetapi hanya beberapa
jenis yang menghasilkan minya astiri yang mempunyai arti ekonomi dalam
perdagangan. Diantara species yang terpenting adalah Cympogon nardus atau
lemabatu dari Ceylon danCympogon winterianus atau
mahapengiri dari Jawa, yang masing-masing sumber minyak sereh wangi di Ceylon
dan Jawa. Klasifikasi botani dari tanaman sereh wangi sebaia berikut:
Divisio
: Anthophyta
Phylum
: Angiospermae
Kias
: Monocotyledonae
Famili
: Graminae
Genus
: Cymbopogon
Species
: Cympogon
nardus
Tanaman sereh wangi yang
diusahakan di Indonesia terdiri dari 2 jenis yaitu lemabatu dan mahpengiri.
Jenis maha pengiri mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: daunnya lebih luas dan
pendek, disamping itu menghasilkan minyak dengan kadar sitronellal dan geraniol
yang tinggi. Sedangkan jenis lemabatu menghasilkan dengan kadar sitronellal dan
genariol yang lebih rendah. Di Indonesia tanaman sereh terutama banyak tumbuh
di daerah Tasikmalaya, Bandung, Palembang, Padang, Ujungpandang dan Solo. Jenis
mahapengiri banyak ditanam di Formosi Malaya, Birma, Suriname dan Kamerun,
Amerika Tengah, Guatemala, Henduras dan Pulau Haiti.
Sereh wangi diduga
berasal dari Srilangka. Nama latinnya adalah Cymbopogon nardus L.,
termasuk dalam suku Poaceae (rumput-rumputan). Varietas sereh wangi yang
paling dikenal adalah varitas Mahapegiri (java citronella oil) dan
varitas Lenabatu (cylon citronella oil). Varitas Mahapegiri mampu
memberikan mutu dan rendemen minyak yang lebih baik dbandingkan varitas
Lenabatu.
Daerah penanaman dan produksi minyak sereh wangi di
Indonesia dengan luas areal pada tahun 2007 sebesar 19.592,25 ha (Tabel),
terbesar di daerah Jawa, khususnya Jabar dan Jateng dengan pangsa pasar dan
produksi mencapai 95% dari total produksi Indonesia. Area lainya adalah NAD dan
Sumatera Barat. Daerah sentra produksi di Jawa Barat adalah: Purwakarta,
Subang, Pandeglang, Bandung, Ciamis, Kuningan, Garut, dan Tasikmalaya.
Sedangkan di Jateng adalah Cilacap, Purbalingga dan Pemalang (Data Sbdit
Tanaman Atsiri, Dittansim, 2008).
Komponen terpenting dalam minyak sereh wangi adalah sitronellal
dan geraniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta
nilai harga minyak atsiri, sehingga kadarnya harus memenuhi syarat ekspor agar
dapat diterima. Minyak ini digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi
sabun, sprays, desinfektans, pestisida nabati, bahan pengilap, peningkat oktan
BBM dan aneka ragam preparasi teknis.
Perkiraan pemakaian dunia pada tahun 2007 lebih dari 2000 ton /
tahun. Indonesia adalah produsen ketiga dunia setelah Cnia dan Vietnam.
Beberapa negara yang selalu aktif membeli sereh wangi Indonesia antara
lain adalah Singapura, Jepang, AS, Australia, Belanda, Inggris, Perancis,
Jerman, Italia, India, dan Taiwan. Dengan pembeli utama adalah AS, Perancis,
Italia, Singapura dan Taiwan. Volume ekspor minyak sereh wangi relatif kecil,
yakni sebesar 115,67 ton dengan nilai US$ 701,0 pada tahun 2004.
B. PENGEMBANGAN
TANAMAN SEREH
Kultur teknis tanaman sereh tidak banyak memerlukan persyaratan.
Jenis lemabatu dapat ditanam di tanah yang tandus atau kurang subur. Lain halnya
dengan jenis mahapengiri yang memerlukan perawatan yang baik dan tanah yang
lebih subur Sereh jenis lembatu biasanya tumbuh lebih tegak sedangkan
mahapengiri tumbuh dengan daun merumbai kebawah. Pertumbuhan serah dipengaruhi
oleh beberapa factor antara lain: kesuburan tanah, ketinggian tanah dan iklim.
Tanah subur di lereng-lereng gunung (daerah pegunungan) dengan curah hujan
turun secara teratur merupakan tanah yang paling sesuai untuk tanaman sereh.
Tanaman sereh dapet berfungsi untuk mencegah erosi tanah yang disebabkan oleh
air hujan.
Tanah yang liat dan
selalu tegenang air merupakan tanah yang tidak sesuai untuk tanaman sereh. Oleh
karena itu tanah yang akan ditanami sereh wangi harus dibersihkan dari tanah
liat, alang-alang, rumput teki dan rumput lain yang sejenis. Tanaman sereh juga
dapat ditanam di antara tanaman lain seperti nanas dan papaya.
Sereh dapat ditanam
dengan cara stek, yang bibitnya dipilih dari rumput sereh yang sudah tua. Stek
tersebut kemudian ditanam yang dalam lubang yang berbentuk segitiga dan satu
sama lain berjarak 10 cm; sedangkan jarak antara kelompok yang satu dengan yang
lain kurang lebih satu meter. Bibit sereh wangi dapat juga berasal dari sobekan
rumput yang masih mengandung akar. Bibit yang digunakan sebaiknya masih muda
dan kemudian ditanam di atas tanah dengan kedalaman kurang lebih 20 cm.
Bagian bawah ditimbun kurang labih 10 cm sedang sisa di atas tanah kurang labih
6 cm. Bibit ditanam dengan jarak 90 x 90 cm di tempat yang tanahnya subur, atau
dengan jarak 75 x 75 cm di tanah yang kurang subur.
Penanaman sereh harus
dilakukan pada permulaan musim hujan yaitu sekitar bulan Desember – Januari.
Tanah untuk perkebunan sereh harus bersih dan bebas dari rumput-rumput liar
karena dapat menghambat pertumbuhan tanaman sereh dan kesuburan tanah itu
sendiri. Disamping itu rumpun sereh wangi dapat diserang oleh jamur atau
cendawan parasit. Cendawan ini dapat memasuki jaringan pelepah tanaman sereh
yang akhirnya data mempengaruhi bagian daun yang
dapat menghasilkan
minyak.
C. MINYAK SEREH WANGI
Minyak sereh diperoleh
dari hasil penyulingan batang atau akar tumbuhan sereh. Minyak sereh merupakan
sumber geraniol dan sitronellal. Mutu minyak sereh ditentukan oleh kandungan
kedua komponen tersebut terutama sitronellal. Sitronellal termasuk golongan
alkanal. Sehingga dapat ditetapkan dengan Metode Asidimetri, dimana sitronellal
direaksikan dengan hidroksilamin-HCl akan membebaskan HCl, lalu HCl
direaksikan dengan KOH-alkohol berlebih, maka kelebihan KOH-alkohol akan dititar
oleh HCl. Dengan dilakukan blanko, maka kadar sitronellal dapat diketahui.
Di Indonesia secara umum
tanaman sereh dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: sereh Lemon atau
sereh bumbu (Cymbopogon citratus) dan sereh Wangi atau sereh sitronella
(Cymbopogon nardus). Umumnya kita tidak membedakan nama sereh wangi dan sereh
Lemon, meskipun kedua jenis ini mudah dibedakan. Sereh Wangi di Indonesia ada 2
jenis yaitu jenis mahapengiri dan jenis lenabatu. Maha pengiri dapat dikenal
dari bentuk daunnya lebih pendek dan lebih luas daripada daun lenabatu. Dengan
destilasi jenis ini memberikan hasil minyak yang lebih tinggi dari pada
lenabatu, juga kwalitasnya lebih baik, artinya kandungan geraniol dan
sitronellelal lebih tinggi dari pada lenabatu. Demikian pula, mahapengiri
memerlukan tanah yang lebih subur, hujan yang lebih banyak, pemeliharaan yang
lebih baik dari pada lenabatu.
Catatan pertama di Eropa mengenai minyak sereh ditulis oleh
Nicolaus Grimm, yaitu seorang tabib tentara yang belajar obat-obatan di Colombo
pada akhir abad 17. Grimm menamakan rumput yang menghasilkan minyak tersebut
Arundo Indica Odorata. Pengiriman dari “Olium Siree” yang pertama sampai di
Eropa adalah pada awal abad 18, pada waktu itu minyak tersebut kelihatannya
hanya sedikit diekspor. Pada tahun 1851 dan 1855 sedikit contoh minyak sereh
diperlihatkan di "World Fairs" yang diadakan di London dan paris.
Kemudian minyak ini semakin dikenal Eropa, dan kegunaannya semakin berkembang
yaitu untuk wangi-wangian sabun dan sebagai bahan dasar dalam industri
wangi-wangian. Sejak tahun 1870 permintaan untuk minyak sereh naik, dan
sejumlah besar dihasilkan di Ceylon. Sampai tahun 1890 Ceylon tetap merupakan
penghasil yang terbesar di dunia, meskipun Jawa sudah mulai menghasilkan minyak
sereh dengan kwalitas yang lebih baik. Sekarang hasil minyak tipe Jawa telah
jauh melampaui tipe Ceylon. Walaupun demikian minyak Ceylon masih dapat melawan
persaingan dunia, karena harganya lebih murah
Produksi minyak sereh wangi Indonesia pada tahun tujuh puluhan
pernah kesohor dengan julukan "Jawa Citronella", namun beberapa
terakhir ini terus menunjukkan penurunan, tahun 1983 volume ekspor sitronella
masih jauh, yaitu sekitar 328.567 kg, lalu tahun naik sedikit menjadi 418.615
kg dan tahun 1987 menjadi 307.280 kg dengan nilai 2 juta dolar AS. (anonimas,
1988).
D. KEISTIMEWAAN MINYAK SERAI WANGI
Diyakininya, produksi minyak serai wangi dapat menambah pendapatan
masyarakat yang memang banyak bekerja disektor pertanian. Dengan harga jual Rp
100 ribu perkg dan produksi yang dihasilkan perbulannya sekitar 15 ton dari
semua lahan yang dikembangkan petani, maka dapat menjadi peluang besar tidak
hanya bagi masyarakat tapi investor yang memang membutuhkan minyak serai wangi.
Pokok serai wangi yakni
merupakan rumput saka yang tinggi dan berbau wangi. Serai wangi ialah sejenis
tanaman rumput yang tinggi dan mempunyai rimbunan daun yang lebat, berwarna
hijau muda, kasar dengan urat yang selari dan mempunyai aroma yang lebih kuat
jika dibandingkan dengan serai makan. Serai wangi jarang berbunga dan hanya
berbunga bila sudah
cukup matang yaitu pada
peringkat umur melebihi 8 bulan.
Khasiat dan Kegunaan serai wangi biasanya untuk pengobatan
tradisional perawatan selepas bersalin dan pening kepala. Namun banyak juga
digunakan untuk minyak urut untuk mengatasi masalah kebas, dan perut kembung.
Serai wangi menghasilkan minyak pati yang dikenali sebagai `citronella
oil". Minyak sitronela mengandung dua bahan kimia penting sitronelal dan
geraniol untuk bahan dasar pembuatan ester-ester seperti hidroksi sitronelal,
genaniol asetat dan mentol sintetik yang mempunyai sifat lebih stabil dan banyak
di gunakan dalam industry wangi-wangian.
Saat ini banyak pengusaha yang mencari minyak serai wangi ini
karena memang memiliki banyak manfaat dan pemasarannya juga telah berkembang.
Serai wangi ini merupakan produk penting untuk menghasilkan bahan untuk membuat
kosmetik dan mempunyai nilai perobatan," kata Husin.
E. KOMPOSISI KIMIA MINYAK SEREH WANGI
Kandungan kimia
Daun : daun sereh
dapur mengandung 0,4% minyak atsiri dengan komponen yang terdiri dari
sitral, sitronelol (66-85%), α-pinen, kamfen, sabinen, mirsen, β-felandren,
p-simen, limonen, cis-osimen, terpinol, sitronelal, borneol, terpinen-4-ol,
α-terpineol, geraniol, farnesol, metil heptenon, n-desialdehida,
dipenten, metil heptenon, bornilasetat, geranilformat, terpinil asetat,
sitronelil asetat, geranil asetat, β-elemen, β-kariofilen, β-bergamoten,
trans-metilisoeugenol, β-kadinen, elemol, kariofilen oksida.1,2,15)
Pada penelitian lain pada daun ditemukan minyak atsiri 1% dengan
komponen utama (+) sitronelol, geranial (lebih kurang 35% dan 20%), disamping
itu terdapat pula geranil butirat, sitral, limonen, eugenol, dan
metileugenol.17)
Sitronelol hasil isolasi
dari minyak atsiri sereh terdiri dari sepasang enansiomer (R)-sitronelal
dan (S)-sitronelal.
Pada jenis Cymbopogon
yang lain (Cymbopogon giganteus chiovenda) mengandung minyak atsiri yang
terdiri dari limonen, p-mentha-1,5, 8-trien; 1,2-limonenoksida;
p-mentha-2, 8-dien-1-ol; Dekan-2, 4-dien-1-ol; p-metilasetofenon;
trans-p-menta-1(7), 8-dien-2-ol; Decan-2, 4-dienal; isopiperitenol;
cis-p.menta-1 (7), 8-dien-2-ol; cis carveol; carvone; isopiperitenon; cuminil
alkohol; perililaldehid; perilil alkohol.
Komponen kimia dalam
minyak sereh wangi cukup komplek, namun komponen yang terpenting adalah
sitronellal dan garaniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau,
harum, serta nilai harga minyak sereh wangi. Kadar komponen kimia penyusun
utama minyak sereh wangi tidak tetap, dan tergantung pada beberapa faktor.
Biasanya jika kadar geraniol tinggi maka kadar sitronellal juga tinggi.
Komposisi minyak sereh wangi ada yang terdiri dari beberapa komponen, ada yang
mempunyai 30 - 40 komponen, yang isinya antara, lain alkohol, hidrokarbon,
ester, alaehid, keton, oxida, lactone, terpene dan sebagainya., Menurut
Guenther (1950), komponen utama penyusun minyak sereh wangi adalah sebagai
berikut,
1.Geraniol ( C10H180
)
Geraniol merupakan
persenyawaan yang terdiri dari 2 molekul isoprene dan 1 molekul air, dengan
rumus bangun adalah sebagai berikut :
CH3 - C
= CH - CH2 --- CH2 - C = CH - CH2 -
OH
CH3 CH3
2. Sitronellol ( C10H200
)
Rumus bangunnya adalah
sebagai berikut:
CH3 - C = CH - CH2 ---
CH2 - CH - CH2 - CH2 – OH
CH3 CH3
3. Sitronellal (C10H16O)
Rumus bangunnya adalah
sebagai berikut:
CH3 C = CH - CH2 --- CH2
- C = CH - C – H
CH3 CH3
Tabel-1.
Susunan Kimia Minyak Sereh Wangi Yang Ditanam Di Taiwan
Susunan Kimia Minyak Sereh Wangi Yang Ditanam Di Taiwan
Senyawa Penyusunan
|
Kadar (%)
|
Sitronellal
Geraniol
Sitronellol
Geraniol Asetat
Sitronellil Asetat
L – Limonene
Elemol &
Seskwiterpene lain
Elemene & Cadinene
|
32 – 45
12 – 18
12 – 15
3 – 8
2 – 4
2 – 5
2 – 5
2 – 5
|
F. PROSES PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI
Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan
persenyawaan padat yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut
dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Berdasarkan sifat tersebut,
maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan 4 macam cara, yaitu: Penyulingan
(Destilation), Pressing (Eks-pression), Ekstraksi dengan pelarut (Solvent
ekstraksion) dan Absorbsi oleh menguap lemak padat (Enfleurage). Cara yang
tepat untuk pengambilan minyak dari daun sereh adalah dengan cara penyulingan
(Destilation).
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan
atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik
uapnya dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam
air minyak sereh wangi. Jumlah minyak yang menguap bersama-sama uap air
ditentukan oleh 3 faktor, yaitu: besarnya tekanan uap yang digunakan, berat
molekul dari masing-masing komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang
keluar dari bahan.
Semakin cepat aliran uap
air dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang dihasilkan per kg kondensat uap
semakin rendah, sebaliknya semakin lambat gerakan uap dalam ketel maka waktu
penyulingan lebih lama dan rendemen minyak per jam rendah.
Sebagai bahan bakar penyulingan, para yuling biasanya menggunakan
kayu bakar, namun untuk mengurangi biaya produksi para penyuling lebih penuh
kebanyakan menggunakan ampas hasil sulingan. Proses ekstraksi minyak pada
permulaan penyulingan berlangsung cepat, dan secara bertahap semakin lambat
sampai kita-kita 2/3 minyak telah tersuling. Rendemen minyak yang
dihasilkan dari daun sereh tergantung dari bermacam-macam faktor antara lain:
iklim, kesuburan tanah, umur tanaman dan cara penyulingan. Rendemen dipengaruhi
oleh musim rata 0,7 % dan musim hujan 0,5 %. Menurut De Jong rendemen minyak
dari daun segar sekitar 0,5 - 1,2%, dan rendemen minyak di musim kemarau lebih
tinggi dari pada di musim hujan. Daun sereh jenis lenabatu menghasilkan
rendemen minyak 0,5 %.
Berdasarkan pengamatan, tidak semua petani pengolah dapat
menghasilkan minyak sereh wangi bermutu tinggi, karena daun sereh wangi yang
disuling sering bercampur dengan rumput-rumputan atau karena daun yang dipanen
terlalu muda atau terlalu tua. Untuk menghasilkan rendemen minyak yang
maksimum, biasanya para penyuling skala rakyat mengeringkan daun di bawah sinar
matahari selama : 3 - 4 jam dan lama penyulingan diatur sedemikian rupa, sehingga
komponen minyak seluruhnya terekstraksi dan berkwalitas baik. Tetapi cara ini
akan menghasilkan mutu minyak sereh wangi yang rendah.
Penyulingan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan
dengan menggunakan uap air yaitu dengan dua cara,
1. Secara langsung
2. Secara tidak langsung.
Pada penyulingan secara
langsung, bahan atau daun sereh wangi yang akan diambil minyaknya dimasak
dengan air, dengan demikian penguapan air dan minyak berlangsung bersamaan.
Kendati penyulingan langsung seolah-olah memudahkan penanganan tetapi ternyata
mengakibatkan kehilangan hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung dapat
mengakibatkan teroksidasi dan terhidrolisis, selain itu menyebabkan timbulnya
hasil sampingan yang tidak dikehendaki.Pada penyulingan secara tidak
langsung, yaitu dengan cara memisahkan penguapan air dengan penguapan
minyak. Bahan tumbuhan diletakkan ditempat tersendiri yang dialiri uap air,
atau secara lebih sederhana bahan tumbuhan diletakkan di atas air mendidih.
Pada awal penyulingan, akan tersuling sejumlah besar geraniol dan
sitronellal, sedangkan pada penyulingan lebih lanjut, total geraniol dan
sitronellal yang dihasilkan semakin berkurang. Berdasarkan pengalaman pada
penyulingan 4,5 jam akan menghasilkan minyak sereh wangi dengan kadar geraniol
maksimum 85 persen dan sixronellal 35 persen. Dengan demikian penyulingan
diatas 4,5 jam (5- 6) jam tidak akan menambah kadar kedua zat tersebut. Lama
penyulingan tergantung dari tekanan uap yang dipergunakan dan faktor kondisi
terutama kadar air daun sereh. Pada prinsipnya, tekanan yang dipergunakan tidak
boleh terlalu tinggi, karena pada tekanan yang terlalu tinggi minyak akan
terdekomposisi, terutama pada waktu penyulingan yang terlalu lama. Suatu hal
yang penting dalam penyulingan minyak sereh adalah agar suhu dan tekanan tetap
seragam dan tidak menurun secara tiba-tiba selama proses berlangsung.
G. SYARAT MUTU MINYAK SEREH WANGI
Penyebab bau utama yang menyenangkan pada minyak sereh wangi
adalah sitromellal, yang merupakan bahan dasar untuk pembuatan parfum, oleh
kerena itu minyak sereh dengan kadar sitronellal yang tinggi akan lebih
digemari. Jenis minyak yang demikian akan diperoleh dari fraksi pertama
penyulingan. Khususnya di Indonesia, minyak sereh wangi yang diperdagangkan
diperoleh dengan cara penyulingan daun tanaman Cymbopogon nardus. Minyak sereh
wangi Indonesia digolongkan dalam satu jenis mutu utama dengan nama “Java
Citronella Oil".
Standar mutu minyak
sereh wangi untuk kwalitas ekspor dapat dianalisa menurut kriteria fisik yaitu
berdasarkan: warna, bobot jenis, indeks bias, ataupun secara kimia,
berdasarkan: total geranial, total sitronellal.
Tabel-2.
Standar Mutu Minyak
Sereh Wangi Indonesia Berdasarkan
Sifat Fisika dan Sifat
Kimia
Karakteristik
|
Syarat
|
Warna
Bobot jenis, 25° C
Indeks bias, 25° C
Total geraniol, min
Total sitronellal, min
Zat – zat asing :
• Alkohol
• Minyak pelikan
• Lemak
|
Kuning pucat sampai
kecoklatan
0,850 - 0,892
1,454 - 1,473
85%
35%
-
-
-
|
Minyak sereh wangi tidak
memenuhi syarat ekspor apabila kadar geraniol dan rendah atau mengandung bahan
aging. Kadar geraniol dan sitronellal yang rendah biasanya disebabkan oleh
jenis tanaman sereh yang kurang baik, di samping pemeliharaan tanaman yang kurang
baik serta umur tanaman yang terlalu tua. Bahan-bahan daging yang terdapat
dalam minyak sereh wangi berupa lemak, alkohol dan minyak tanah sering
digunakan sebagai bahan pencampur. Bahan ini terdapat dalam minyak sereh
mungkin karena berasal dari bahan kemasan yang sebelumnya mengandung zat
tersebut di atas.
Kwalitas minyak
berdasarkan kandungan geraniol dan sitronellal dapat digolongkan menjadi 3
golongan seperti pada tabel-4.
Tabel - 3.
Standar Mutu Minyak
Sereh Wangi
Berdasarkan Kadar
Geraniol Den Sitronellal
Kwalitas
|
Geraniol (%)*
|
Sitronellal (%)**
|
A
B
C
|
Tidak boleh 85
80 – 85
85
|
Tidak boleh 35
-
-
|
Penyediaan bahan
penelitian
Tanaman sereh wangi yang
telah berumur kurang lebih enam bulan dipanen. pemanenan dilakukan dengan
memotong helai daun tiga sentimeter di etas pelepah daun, kemudian dikering
anginkan atau dilayukan selama 3 hari 3 malam.
Penyulingan
Daun sereh wangi yang
telah dilaukan kemudian dirajang untuk mengurangi sifat kamba, daun sereh yang
telah dirajang dimasukkan ke dalam alat penyuling sebanyak 300 gram, kemudian
di isi air sebanyak 2.250 ml. Alat penyuling dihubungkan dengan kondensor yang
dilengkapi dengan sirkulasi air, hidupkan air pet dan disuling sesuai
perlakuan.
Daftar pustaka
Label: minyak atsiri
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)